Ribuan terus berdatangan silih berganti ke kantor Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI). Meski beda klub bola, mungkin beda daerah atau agama, tujuan mereka sama. Tujuannya hanya satu menggulingkan Nurdin Halid yang tidak mau mundur dari ketua umum PSSI.
Aksi ribuan orang itu dimulai sejak Rabu (23/2/2011) kemarin dan akan terus berlangsung hingga Nurdin terguling. Kantor PSSI di Gelora Bung Karno (GBK) Senayan, Jakarta itu akan diduduki para suporter bola. Demi menuntut Nurdin mundur, para pecinta bola rela meninggalkan kerjanya sementara, berdesak-desakan ke Jakarta dan berpanas-panas ria. Aksi untuk menggulingkan Nurdin ini bak demo untuk melengserkan presiden saja.
"Kita, para suporter seluruh Indonesia sudah satu kata untuk menduduki Senayan sampai Nurdin Halid terguling, sampai kapan pun kita akan lakukan," tegas Ita Sitti Nasyiah, Koordinator Suporter Persebaya 1927 kepada detikcom.
Selama aksi massa suporter sepakbola ini berlangsung tidak satupun pengurus PSSI yang berani menemui massa untuk dialog atau sekadar negosiasi. Maka pada demo hari pertama saja, suporter berhasil menggembok pagar dan pintu kantor, serta membentangkan spanduk raksasa di muka halaman kantor tersebut.
Aksi seruan ‘Revolusi PSSI Harga Mati’ untuk menggulingkan Nurdin tidak hanya terjadi di Jakarta. Tapi sejumlah suporter dan masyarakat sepakbola di beberapa daerah lainnya juga melakukan aksi dan seruan serupa. Lihat saja aksi sejumlah suporter sepakbola atau bobotoh the Viking di Bandung, Barisan Suporter Persijap Sejati (Banaspati) di Jepara. Singa Mania di Palembang, Kalteng Mania di Palangkaraya.
Aksi dilengkapi dengan sejumlah poster, pamflet dan spanduk yang terus menghujat Nurdin Halid sampai membakar gambar atau fotonya. Belum lagi aksi masyarakat pecinta sepakbola, seperti Aliansi Pecinta Sepakbola Indonesia (APSI) di Solo, Aliansi Pecinta Sepakbola Makassar (Acikola) di Makassar. Sementara sebagian besar para suporter di Pulau Jawa ini mengirimkan beberapa perwakilannya ke Jakarta secara bergelombang.
Tak hanya aksi unjuk rasa turun ke jalan, sebagian suporter dan pengurus PSSI di daerah pun mengancam akan membuat PSSI Tandingan, bila Nurdin Halid juga tidak mau mundur dari pencalonan.
Gencarnya gerakan yang dinamai Revolusi Merah Putij ini dipicu Tim Seleksi Calon Ketua Umum PSSI yang dianggap diskriminatif yang mencoret nama Arifin Panigoro, penggagas Liga Primair Indonesia (LPI) dan Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI George Toisutta dari tahap verifikasi. Dengan tidak lolosnya Toisutta dan Panigoro, seperti menutup harapan reformasi PSSI bisa dilakukan dengan cara baik-baik lewat kongres.
"Itulah ketika aspirasi masyarakat tersumbat, hal yang kemudian gerakan massa yang kemudian seperti dalam ‘teori umum’ terjadi dimana-mana. Saya kira ini penting dilakukan oleh suporter supaya memastikan suara mereka didengar tidak hanya masyarakat sepakbola Indonesia, tapi sepakbola dunia,” kata pengamat sepakbola Kusnaeni.
Gerakan Revolusi PSSI diharapkan bisa membuka mata Federation International Football Association (FIFA) dan Asia Football Confedertion (AFC) untuk melihat pendapat masyarakat sepakbola di Indonesia atas kepemimpinan Nurdin Halid di PSSI. "Ini yang mungkin selama ini tidak pernah didengar oleh FIFA dan AFC. Ungkapan suporter harini mungkin akan membuat FIFA dan AFC mau melihat kenyataan yang ada, yang lebih obyektif. Tidak hanya satu sumber, hanya dari sumber PSSI sendiri,” jelas CEO PT Bandung Indonesia Goalsports itu.
Koordinator Pendukung Arifin Panigoro dari Persebaya 1927, Saleh Mukadar pun sependapat revolusi jalanan terpaksa ditempuh karena suksesi lewat cara kongres tertutup. Masyarakat sepakbola, lanjut Saleh, selama ini berharap adanya perubahan di tubuh PSSI, dengan perubahan pengurusnya. Salah satu harapannya dengan munculnya Arifin Panigoro dan George Tosiutta dalam bursa pencalonan. Sayangnya, nama kedua tokoh ini dicoret dalam verifikasi tim seleksi sehingga masyarakat kesal. "Jadi wajar saja masyarakat turun ke jalan untuk menggulingkan Nurdin Halid," tandasnya lagi.
Saleh yakin, aksi massa suporter sepakbola ini akan berhasil menggulingkan Nurdin Halid. Keyakinannya itu menengok kasus penggulingan Presiden Tunisia Zine el Abidine Ben Ali dan Presiden Mesir Hosni Mubarak, serta upaya penggulingan pemimpin di negara Timur Tengah lainnya serta negara lainnya. "Sekuat apapun dia memimpin negara, di dunia mana, kalau rakyat sudah bergerak pasti bisa digulingkan, apalagi ini hanya memimpin sebuah organisasi, itu pasti akan jatuh," ujar Saleh penuh semangat.
Dengan optimisme bisa menggulingkan Nurdin, beribu cara akan ditempuh para pecinta bola. Misalnya ada yang dengan cara mengirimkan suporter ke Jakarta seperti dilakukan Suporter Persebaya 1927 dan Bonek Anti Nurdin.
Koordinator Suporter Persebaya 1927 Ita Sitti Nasyiah mengaku sudah mengirimkan ratusan suporter Bonek maupun pribadi-pribadi untuk berangkat ke Jakarta secara bergiliran. Tidak hanya bonek, sejumlah suporter dari klub sepakbola dari Malang, Madiun, Bojonegoro dan Pasuruan dan hampir semua daerah di Jatim mengirimkan orang ke Jakarta, termasuk dari Madura.
Selain suporter, sejumlah ormas, LSM bahkan partai politik pun turut berminat terlibat Revolusi Merah Putih ini. Namun Ita menolak keterlibatan parpol untuk menjaga kemurnian gerakan penggulingan Nurdin. "Kita tolak, karena kita khawatir ada agenda lain yang akan mereka bawa, dompleng. Sebagian besar orang dari sejumlah elemen ini ada yang berangkat dengan dana sendiri," ungkap Koordinator Suporter Persebaya 1927 itu.
Dana untuk pengiriman para suporter Bonek sendiri diperoleh dari sumbangan sejumlah pengusaha dan masyarakat yang tidak bisa datang ke Jakarta. Bahkan, banyak pengurus PSSI Jawa Timur dan Koni Jawa Timur yang memberikan bantuan. Bagi suporter Bonek yang berangkat ini diberikan subsidi membeli tiket ke Jakarta.
Koordinator Bonek Anti Nurdin, Evril Yudha mengaku ingin menggulingkan Nurdin karena malu PSSI dipimpin mantan napi. "Ini sudah bukan rahasia lagi bahwa dia itu mantan narapidana, di semua aturan organisasi semua cabang olahraga disebutkan bahwa mantan narapidana itu tidak boleh jadi ketua umum pengurus organisasi," kata Evril.
Alasan Evril kedua, olahraga sepekbola di masa kepemimpinan Nurdin Halid dua periode tidak pernah ada prestasinya, bahkan cenderung menurun terus. Dan alasan yang ketiga dan itu dinilai merusak PSSI adalah ketika Nurdin Halid mempolitisasi organisasi sepakbola dengan partai politiknya, Partai Golkar. “Oleh karena itu kita minta PSSI yang ada saat ini dibekukan, dan lakukan pembaharuan di tubuh PSSI, ganti semua. Kita aksi sampai Nurdin turun," tegasnya.
Evril juga mengatakan selain turun ke jalan untuk melakukan pendudukan kantor PSSI Pusat dan aksi unjuk rasa lain. Untuk menggulingkan Nurdin Halid sudah dilakukan upaya-upaya lainnya seperti pernah mengirimkan Surat Laporan ke FIFA. "Surat itu langsung diantar perwakilan Bonek yang langsung untuk menyerahkannya ke Presiden FIFA Joseph Bletter dan sejumlah pihak di Jakarta, namun upaya itu tak pernah ditanggapi oleh FIFA, begitu juga saat KSN di Malang," ungkapnya.
Selain itu juga ada aksi penggalangan uang dari para suporter sepakbola untuk biaya pemberangkatan ke Kongres PSSI di Bali pada bulan Maret mendatang. "Kita akan datangi Kongres PSSI di Bali, kalau aksi kita menduduki PSSI di GBK ini tidak ada tanggapan positif atau tidak ada kemajuan yang signifikan. Makanya kita ngumpulin uang agar bisa berangkat semua. Atau gimana caranya agar Kongres PSSI itu dipindahkan ke Jakarta tidak di Bali,” kata Koordinator Supoter Sepakbola Jakmania, Larico.
Banyak upaya yang dilakukan masyarakat sepakbola Indonesia untuk memajukan sepakbola, termasuk mereformasi total PSSI. Misalnya di beberapa daerah sejumlah masyarakat yang kecewa dengan kepemimpinan Nurdin Halid malah akan membuat PSSI
Tandingan. Sebut saja para pecinta sepakbola di Jawa Timur yang mendeklarasikan PSSI Tandingan di Surabaya.
"Kita sengaja memulai dari sini (Jawa Timur) sebagai embrio menuju sepakbola yang lebih baik atas puncak kekesalan dan keprihatinan atas kepengurusan serta kemunduran sepakbola di negeri ini di bawah kepemimpinan Nurdin," kata salah satu Presidium Pecinta Sepakbola Jatim, Tri Prakoso kepada wartawan di sela-sela deklarasi PSSI tadingan di kantor Pengprov PSSI Jatim Jalan Raya Kertajaya 155, Rabu (23/2/2011) kemarin.
Bahkan menurut Tri, pihaknya membuka pendaftaran bagi masyarakat yang ingin mengadakan perubahan sepakbola dengan mendaftarkan sebagai pengurus maupun Ketua Umum PSSI. Dari informasi yang dihimpun, PSSI Tandingan juga dideklarasikan di
Jawa Barat, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, NTB dan Lampung.
Selain melakukan aksi turun ke jalan dan menduduki kantor PSSI, serta membuat PSSI tandingan. Sebagian masyarakat pecinta sepakbola juga mengancam akan melakukan pemboikotan sejumlah pertandingan Timnas PSSI dan Liga Super Indonesia. "Soal ancaman boikot pertandingan itu baru memboikot pertandingan Timas PSSI saja karena ini yang langsung di bawah asuhan PSSI. Kalau pertandingan LSI belum. Pokoknya ini semua kita lakukan karena Tim Seleksi dan Verifikasi pencalonan Ketua Umum PSSI dikriminatif dan tidak demokratis," tegas Larico lagi.
Namun untuk ancaman pemboikotan pertandingan Timnas dan LSI, sejumlah pengamat justru menyatakan hal itu tidak perlu dilakukan. Alasannya, sepakbola adalah sebuah olahraga hiburan yang justru tidak akan menjadi hiburan lagi bila tidak ada penontonya. Bahkan akan merugikan semuanya, seperti pemain, petugas lapangan, pelatih yang harus mencari nafkah, bahkansampai kontrak bisnis komersil yang tentunya akan berdampak merugikan semuanya.
"Saya kira itu tidak efektif, karena apa? Siapa dulu yang mau boikot siapa dulu, apa penonton? Tidak mungkin penonton memboikot, karena sepakbola itu juga hiburan, pastinya penonton berbondong-bondong ke stadion melihat pertandingan klub sepakbola kesayangannya. Jadi sebaiknya jangan boikot pertandingan," ungkap pengamat sepakbola Budiarto Shambazy.