Striker Luca Toni sedemikian lama memendah kebencian kepada Louis van Gaal, pelatih Bayern Munich. Kini dia mengemukakannya.
"Saya tidak pernah punya pengalaman berhubungan dengan orang seperti Van Gaal," ujar Toni kepada surat kabar Bild am Sonntag
"Saya masih ingat bagaimana Van Gaal mencoba meyakinkan dirinya tidak takut mencopot pemain bintang. Dia memeloroti celananya hanya untuk memperlihatkan bahwa dirinya juga punya 'bola'," lanjutnya.
Menurutnya, dia tidak berada di deretan bangku terdepan, jadi tidak melihat hal memalukan itu.
Toni meninggalkan Bayern Munich, Januari 2010, setelah bertengkar dengan Van Gaal. Ia melanjutkan kariernya bersama AS Roma.
Setelah sempat memperkuat Genoa, kini Toni memperoleh tempat di Juventus.
"Dia pelatih gila, yang tidak tahu bagaimana memperlakukan pemain," lanjut Toni.
"Seperti Felix Magath, Van Gaal adalah pelaih dari generasi lain, yang tidak mampu menyesuaikan diri dengan situasi pemain saat ini," demikian Toni.
Pemain sepakbola modern, masih menurut Toni, ingin berkomunikasi dengan pelatih. Namun pemain mana pun tidak bisa melakukannya dengan Van Gaal.
"Van Gaal seolah menginginkan segalanya sesuai keinginannya," kata Toni.
Saat sarapan pagi, Van Gaal ingin semua pemain duduk di meja makan sampai orang terakhir menyelesaikan sarapannya. Orang Jerman, katanya, memang makan pagi tapi orang Italia hanya minum kopi saat sarapan pagi.
"Jika kami pergi lebih dulu, dia akan mengamuk. Dia selalu mengatakan dialah pelatih, dan saya boleh pergi jika saya tidak menyukainya," Toni mengakhiri.
"Saya tidak pernah punya pengalaman berhubungan dengan orang seperti Van Gaal," ujar Toni kepada surat kabar Bild am Sonntag
"Saya masih ingat bagaimana Van Gaal mencoba meyakinkan dirinya tidak takut mencopot pemain bintang. Dia memeloroti celananya hanya untuk memperlihatkan bahwa dirinya juga punya 'bola'," lanjutnya.
Menurutnya, dia tidak berada di deretan bangku terdepan, jadi tidak melihat hal memalukan itu.
Toni meninggalkan Bayern Munich, Januari 2010, setelah bertengkar dengan Van Gaal. Ia melanjutkan kariernya bersama AS Roma.
Setelah sempat memperkuat Genoa, kini Toni memperoleh tempat di Juventus.
"Dia pelatih gila, yang tidak tahu bagaimana memperlakukan pemain," lanjut Toni.
"Seperti Felix Magath, Van Gaal adalah pelaih dari generasi lain, yang tidak mampu menyesuaikan diri dengan situasi pemain saat ini," demikian Toni.
Pemain sepakbola modern, masih menurut Toni, ingin berkomunikasi dengan pelatih. Namun pemain mana pun tidak bisa melakukannya dengan Van Gaal.
"Van Gaal seolah menginginkan segalanya sesuai keinginannya," kata Toni.
Saat sarapan pagi, Van Gaal ingin semua pemain duduk di meja makan sampai orang terakhir menyelesaikan sarapannya. Orang Jerman, katanya, memang makan pagi tapi orang Italia hanya minum kopi saat sarapan pagi.
"Jika kami pergi lebih dulu, dia akan mengamuk. Dia selalu mengatakan dialah pelatih, dan saya boleh pergi jika saya tidak menyukainya," Toni mengakhiri.
Postingan
Jakarta Time
0 Comments:
Posting Komentar